إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا [21]لِلطَّاغِينَ مَآبًا[22] لابِثِينَ فِيهَا أَحْقَابًا [23] لا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًا وَلا شَرَابًا [24] إِلا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا [25]جَزَاءً وِفَاقًا [26]إِنَّهُمْ كَانُوا لا يَرْجُونَ حِسَابًا [27] وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا كِذَّابًا [28]وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ كِتَابًا [29]فَذُوقُوا فَلَنْ نَزِيدَكُمْ إِلا عَذَابًا [30]
Sesungguhnya neraka Jahanam itu (padanya) ada tempat pengintai, [21] lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang durhaka, [22] mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, [23] mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, [24] selain air yang mendidih dan nanah, [25] sebagai pembalasan yang setimpal. [26] Sesungguhnya mereka tidak takut kepada hisab, [27] dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya, [28] dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab. [29] Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab. [30] {QS An - Naba : 20 - 30}
Firman Allah Ta’ala “Sesungguhnya neraka Jahanam itu (padanya) ada tempat pengintai, [21]” berbeda pendapat para mufasir dalam hal ini, bahwa di neraka jahannam ada tempat pengintai yang dari temoat itu para penjaga itu mengintai dan mengawasi mereka, namun sebagian mufasir bahwa “tempat pengintai” adalah sebagai temapat yang sengaja disediakan bagi para pembangkang, pendurhaka dan para penentang musuh Allah, dan neraka jahannam itu “menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang durhaka, [22].”
Lafazh “Thaaghiin” diartikan orang-orang yang durhaka, meskipun bisa memiliki arti yang lebih jauh dari itu, sebab kata thaaghiin adalah satu sumber dengan thaaghut, yaitu orang atau sesuatu yang di agung-agungkan sehingga membuatnya sombong dan berlaku sesuka hati. Oleh karena itu dapat kita fahami bahwa orang-orang yang Thaaghiin” adalah orang-orang yang akan masuk kedalam neraka jahannam karena hanya memperturutkan kemauannya sendiri, tidak mau menuruti aturan Al Qur’an dan As Sunnah, dan memakai peraturan Allah dan peraturan Rasul-Nya. Oleh karena itu “mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, [23]“
Dalam ayat 60 Surah al Kahfi ada di deskripsikan oleh Allah sebagai berikut:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampaibertahun-tahun“.
Lafazh “huqub” dalam firman Allah Ta’ala diatas (18:60) diartikan bertahun-tahun, yang menurut pengertian orang arab bahawa “huqub” adalah sekitar 80 tahun. Sedangkan dalam ayat yang sedang kita bicarakan (an Naba : 23) terdapat terdapat lafazh yang sama dalam bentuk jamak dari huquban yakni “أَحْقَابًا” /ahqoban” maka artinya bahwa orang-orang yang durhaka itu akan tinggal di dalam neraka jahanam itu berkali-kali delapan puluh (80) tahun.
Menurut Qatadah, ar Rabi’ bin Anas, bahwa pendapat yang benar adalah mereka tinggal disana tidak-ada henti-hentinya. Oleh karena itu yang di maksud oleh ahqab adalah masa yang tidak mempunyai batas hitungannya melainkan hanyalah kekkekalan dalam neraka.
Sebenarnya di cantumkannya lafazh ahqab dalam ayat ini bukanlah untuk menetapkan jenis dan bilangannya, akan tetapi merupakan kiasan tentang kekekalan yang abadi bagi orang-orang yang membangkang, kufur dan durhaka terhadap ayat-ayat Allah dan hari perhitungan. Cobalah kita perhatikan suasana-suasana yang akan dialami oleh orang-orang kafir didalam neraka bahwa mereka tidak akan merasakan mati dan hidup, sebagaimana Allah berfirman:
Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka). Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): “Rasakanlah azab yang membakar ini”. [al Hajj : 20 - 22]
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (an Nisa : 56)
Kemudian Allah Ta’ala melanjutkan firman-Nya : “mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, [24] , yaitu didalam neraka mereka tidak akan merasakan kesejukan hati dan air minum yang segar untuk memberikan kekuatan badan mereka, itulah sebabnya Allah berfirman
إِلا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا [25]
Artinya “Selain air yang mendidih dan nanah,” [25], yaitu adapun yang dimaksud dengan { حَمِيمًا} adalah panas yang telah mencapai puncaknya, sedangkan {غَسَّاقًا} kumpulan keringat, nanah, air mata, dan luka-luka penghuni neraka, yang mereka tidak akan sanggup untuk menahan bau yang tiada habismya.
Semoga Allah memberikan keselamatan rahmat-Nya kepada kita semua dari hal diatas,
Kemudian Allah berfirman “sebagai pembalasan yang setimpal. [26] , yaitu sebagai siksaan yang menimpa mereka ia adalah hasil perbuatan mereka didunia yang selalku durhaka terhadap ketentuan dan peraturan Allah yang di bawa oleh Rasul-Nya. Orang-orang seperti ini tidak merasa takut akan adanya hari perhitungan karena sifat thaaghiin nya sebagaimana dijelaskan pada pembahasan awal, sebagaimana Allah berfirman “Sesungguhnya mereka tidak takut kepada hisab, [27] , yaitu mereka tidak sadar bahwa kehidupan setelah matinya adakan ada hari perhitungan atas semua perbuatannya di dunia.
Firman Allah, dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya, [28] , yaitu mereka mereka orang-orang yang thaaghiin itu selalu mendustakan hujjah-hujah dan dalil-dalil Allah terhadap makhluk-Nya, yang sengaja Allah turunkan melalui para utusan-Nya, namun mereka menyambutnya dengan mendustakannya dan menentangnya.
Maka sebenarnya Allah mencatat apa yang mereka perbuta, sebagaimana firman-Nya “dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab. [29], yaitu bahwa Allah mengetahui setiap perbuatan hamba-Nya tanpa terkecuali dan ditulisnya setiap perbuatan itu dan kelak akan di balas dengan balasan yang berhak mereka terima. “Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab. [30], yaitu mereka akan menerima azab itu tanpa dikurangi sedikitpun bahkan berulang-ulang.”
Demikian yang bisa saya sampaikan atas firman Allah Surah An Naba : 21 - 30, semoga bisa menjadi gambaran bagi kita semua bagaimana orang-orang durhaka yang menentang ayat-ayat Allah dan tidak mengikuti peraturan Allah akan di lemparkan ke neraka.
Semoga sejak sekarang kita memikirkan bagaimana caranya agar tidak mencicipi api neraka walau sesaat, karena Rasulullah bersabda :
Dari an-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seringan-ringan siksa ahli neraka pada hari kiamat itu adalah seseorang yang di bagian bawah kedua kakinya diletakkan dua buah bara api yang dengannya itu dapat mendidihlah otaknya. Orang itu tidak mengetahui bahwa ada orang lain yang lebih siksanya daripada dirinya sendiri, padahal orang itulah yang teringan sekali siksanya.” (Muttafaq ‘alaih, Riyadhus Shalihin dalam Bab 50 - Takut Kepada Allah Ta’ala)
Sikap orang-orang yang kafir dan Mu’min ketika disampaikan kepadanya tentang kabar berita surga dan neraka
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ فَقَالَ لَيْسَ كَذَلِكِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللَّهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
Dari Aisyah ra., ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda: Barang siapa yang menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah akan menyukai pertemuan dengannya. Dan barang siapa yang tidak menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah tidak akan menyukai pertemuan dengannya. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan kebencian terhadap kematian karena semua kita membenci kematian? Beliau menjawab: Bukan begitu, tetapi seorang mukmin apabila diberi kabar gembira dengan rahmat Allah, keridaan dan surga-Nya, maka dia akan senang bertemu dengan Allah dan Allah akan senang bertemu dengannya. Dan sesungguhnya orang kafir/ingkar apabila diberitahukan tentang siksaan serta kemurkaan Allah, maka dia akan membenci pertemuan dengan Allah sehingga Allah pun akan membenci pertemuan dengannya. (Shahih Muslim No.4845).
Semoga dengan membaca artikel ini kita semua sadar amin :)
Aguz Febriansyah
9:33:00 AM
New Google SEO
Bandung, Indonesia
Dalam tulisan kali ini saya mengambil satu contoh dari kisah Abu Lahab dan istrinya bagimana mereka berdua bersusah payah mematikan da’wah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Allah Ta’ala berfirman
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ {1} مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ {2}سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ {3}وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ {4}فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ {5}
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS al Lahab : 1 - 5)
Ketika turun ayat surat 26 ayat 214,
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ
Artinya : “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”
Kemudian Rasulullah keluar ke bukit shafa, dan di kisahkan sebagaimana Imam Bukhori meriwayatkan, hadist berikut ini
عَنْ اِبْن عَبَّاس أَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْبَطْحَاء فَصَعِدَ الْجَبَل فَنَادَى ” يَا صَبَاحَاهُ ” فَاجْتَمَعَتْ إِلَيْهِ قُرَيْش فَقَالَ ” أَرَأَيْتُمْ إِنْ حَدَّثْتُكُمْ أَنَّ الْعَدُوّ مُصَبِّحُكُمْ أَوْ مُمَسِّيكُمْ أَكُنْتُمْ تُصَدِّقُونِي ؟ - قَالُوا نَعَمْ قَالَ - فَإِنِّي نَذِير لَكُمْ بَيْن يَدَيْ عَذَاب شَدِيد فَقَالَ أَبُو لَهَب أَلِهَذَا جَمَعْتنَا ؟ تَبًّا لَك فَأَنْزَلَ اللَّه ” تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَب وَتَبَّ “
Artinya : Dari Ibnu Abbas ra : Nabi صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ keluar ke tanah lapang, lalu ia naik keatas bukit dan menyeru “berkumpullah pagi-pagi” lalu berkumpulah warga Qurays kepada Rasulullah “صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ”, setelah itu beliau berkata “Bagaimanakah pendapatmu bila aku beritahukan kepada kalian bahwa musuhmu akan datang menyerangmu di waktu pagi dan sore?, Apakah kalian akan akan membenarkan beritaku itu? Mereka menjawab “Ya”, Rasulullah kemudian melanjutkan perkataannya, “Kalau begitu aku ini adalah pemberi peringatan terhadap azab Allah yang berat” Maka berkatalah Abu Lahab, Untuk inikah kamu kumpulkan kami? Binasalah kamu, Maka Allahpun menurunkan surat { تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ } artinya “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”[1]
Abu lahab adalah salah seorang Paman Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Nama Lengkapnya Abbul ‘Uzza bin Abdul Muthalib, nama panggilannya adalah Abu Utaibah. Dinamakan Abu Lahab karena wajahnya yang sangat bercahaya. Dia adalah orang yang paling banyak menyakiti Nabi dan sangat membencinya, menghina dan meremehkannya serta meremehkan agamanya.
Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyeru:
يَا أَيّهَا النَّاس قُولُوا لَا إِلَه إِلَّا اللَّه تُفْلِحُوا
Artinya “Wahai umat manusia, katakanlah tidak ada Tuhan melainkan Allah, maka kalian akan berbahagia“. Sedangkan orang-orang ketika itu berkumpul mengelilingi beliau. Abu Lahab merapatkan diri dengannya dan berdiri di belakangnya sambil berkata “sesungguhnya dia ini orang murtad dan dusta”. Dan Abu lahab menguntit kemana saja beliau pergi.
” وَتَبَّ ” أَيْ وَقَدْ تَبَّ تَحَقَّقَ خَسَارَته وَهَلَاكه
[وَتَبَّ] artinya sesungguhnya dia telah rugi dan binasa.
Abu Lahab pernah mengatakan “Bila yang dikatakan oleh anak saudaraku itu benar, maka aku akan menebus diriku di hari kiamat nanti dengan harta dan anakku” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat selanjutnya
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ {2}
artinya : Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
قَالَ اِبْن عَبَّاس وَغَيْره” وَمَا كَسَبَ ” يَعْنِي وَلَده
Artinya : Berkata Ibnu Abbas dan selainnya[2] “apa yang ia usahakan.” Yaitu anaknya. Maka harta dan anaknya itu tidaklah berfaedah sama sekali disisi Allah.
Selanjutnya Allah berfirman “Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. (ayat 3)” yaitu yang bergejolak, bara api dan daya bakar yang sangat hebat” Kemudian Allah mengabarkan tentang istri dari Abu Lahab sebagaimana firman-Nya
“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar“
Ketika itu sebenarnya Istri Abu Lahab ini dari kalangan terhormat dari kaum Qurays. Dia Adalah Ummu Jamil. Adapun namanya adalah Arwa Harb bin Umayyah, saudari Abu Sufyan. Dia memberi bantuan kepada suaminya dalam hal mekaukan kekufuran dan pembangkangan. Itulah sebabnya di hari kiamat nanti diapun akan memberi bantuan kepada suaminya ketika disiksa di dalam api neraka jahannam. Itulah sebabnya Allah Ta’ala berfirman “pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.”
Berkata Sa’id al Musayyab “bahwa dia (ist ri Abu Lahab) adalah seorang yang memiliki kalung yang sangat mahal di lehernya, kemudian dia berkata aku akan mendermakan kalaung ini untuk melancarkan permusuhan kepada Muhammad, dengan demikian Allah pun akan memberikan siksaan kepadanya di dalam neraka dengan tali dari sabut”.
قَالَ الْعُلَمَاء وَفِي هَذِهِ السُّورَة مُعْجِزَة ظَاهِرَة وَدَلِيل وَاضِح عَلَى النُّبُوَّة فَإِنَّهُ مُنْذُ نَزَلَ قَوْله تَعَالَى” سَيَصْلَى نَارًا ذَات لَهَب وَامْرَأَته حَمَّالَة الْحَطَب فِي جِيدهَا حَبْل مِنْ مَسَد ” فَأَخْبَرَ عَنْهُمَا بِالشَّقَاءِ وَعَدَم الْإِيمَان لَمْ يُقَيِّض لَهُمَا أَنْ يُؤْمِنَا وَلَا وَاحِد مِنْهُمَا لَا بَاطِنًا
Para Ulama berkata : “Dan dalam surat ini terkandung mukjizat yang sangat jelas sebagai dalil yang sangat terang tentang nubuwah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, Sebab ketia Allah menurunkan firman-Nya: “Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.“. maka dengan ayat ini mengabarkan bahwa keduanya itu sudah pasti di timpa kesengsaraan dan tidak ada keimanan lahir dan bathin.
Kesimpulan dan Faedah
Dari ayat ini bias kita jadikan I’tibar bagi manusia yang berusaha mencoba menghalangi dan menantang apa yang diturunkan Allah kepada Nabi-Nya, karena memperturutkan hawa nafsu, mempertahankan kepercayaan yang salah, tradisi yang usang, dan adat istiadat yang bertentangan dengan syrari’at. Mereka menjadi lupa diri karena sanggup serta memiliki kekayaan. Mereka menyangka bahwa dengan kekayaannya maksudnya itu akan berhasil dan ide-idenya itu akan di terima di kalangannya., karena selama ini dia Abu Lahab adalah orang yang terhorrmat, dipuji karena tampan, karena berpengaruh. Namun apa yang direncanakan adalah di gagalkan oleh Allag Ta’ala.
Faedah:
- Bahwa hubungan kekeluargaan tidak menjamin bahwa dirinya itu akan selamat dari siksa api neraka jika sikap yang di lakukannya jelas-jelas menentang Islam yang di bawa oleh Rasulullah
- Surat ini mengandung makana bahwa, betapa hinanya orang yang kerjanya “membaya kayu baker” yaitu menghasut dan memfitnah kesana-kemari serta membusuk-busukan orang lain.
Semoga Artikel ini bermanfaat Sobat :)
Aguz Febriansyah
9:20:00 AM
New Google SEO
Bandung, IndonesiaAzan (Arab: أذان) merupakan panggilan bagi umat Islam untuk memberitahu masuknya salat fardu..
Rassulullah SAW. Bersabda :
" Ada tiga golongan manusia yang nanti pada hari kiamat berada di atas tumpukan misik ( minyak Kesturi ) hitam. Hisab tidak akan menggetarkan mereka dan kesusahan tidak bakal mengenai mereka, sampai Allah selesai meneliti apa yang ada di antara manusia. Mereka itu (1.Orang yang membaca Alqur'an demi mencari keridhaan Allah Azza wajala dan menjadi imam orang banyak, sedangkan mereka senang kepadanya; (2. Orang yang melakukan adzan di mesjid dan berdo'a kepada allah demi mencari keridhaan allah (3. Orang yang mendapat cobaan dengan rizki. Tetapi hal itu tidak membuatnya lupa dari amal akhirat. "
Rasullullah SAW. Bersabda :
"Tiada satu jin atau manusia atau apapun juga yang mendengar seruan muadzin. kecuali ia akan menjadi saksi bsgi muadzin itu pada hari kiamat. "
Rasulullah SAW. Bersabda :
"Rahmat allah senantiasa berada di atas kepala muadzin, sampai ia selesai dari adzannya. "Mengenai tafsir firman Allah Ta'ala :
" Siapakah yang lebih baik perkataanya dari pada orang yang menyeru kepada Allah dan beramal shaleh.. ) ada Ulama yang mengatakan : Bahwa ayat tersebut turun dalam hubungannya dengan para muadzin ( Orang yang adzan ). "
Rasulullah SAW. Bersabda :
" Apabila kalian mendengar adzan , maka ucapkanlah seperti apa yang di ucapkan oleh muadzin. "
Menirukan ucapan muadzin itu di sunatkan , kecuali pada ucapan hayya ' alash shalah ' " hayya alal falah".
Pada kedua ucapan ini, pendengar hendakalah mengucapakan : " laahaulawalaaquwwata illaa billaah. "
Pada ucapan "qad qaamatish shalah' , pendengar mengucapkan: ( Semoga allah menegakan dan melanggengkan shalat, selama langiat bumi masih ada ).
Sedangkan pada ucapan " ash Shalatu khairun minan naum", pendengar mengucap: SHADAQTA WA BARARTA WA NASHAHTA ( Engkau benar, engkau berbuat baik dan engkau tulus ).
Dan sesudah Adzan , hendakalah mengucap :
" Allahumma rabba haadzihidda'watittammah,
wasshalatilqaaimah,
aatimuhammadanilwasiilatawalfadiilah,
waddarojatarrofi'ah,
wabatshulmaqaamalmahmudalladzii waattah,
innakalaa tukhlifulmiiaad "
Artinya :
" Ya Allah, Tuhan yang menguasai ajakan yang sempurna dan shalat yang akan di laksanakan ini ! Berkenanlah engkau memberikan kepada Muhammad wasilah, keutamaan serta derajat yang luhur dan tempatkanlah beliau di tempat yang telaqh engkau janjikan kepada beliau. Sungguh, Engkau tidak pernah menyalahi janji. "Sa 'ied bin Al Musayyab berkata : " Barang siapa melakukan shalat di tempat sunyi , maka para malaikat ikut melakukan shalat di kanan kirinya. Jika ia adzan dan qamat (sebelum melakukan shalat), maka di belakangnya para malaikat yang bagaikan gunung - gunung (saking banyaknya) ikut melakukan shalat. "
Semoga artikel saya ini bermanfaat bagi sobat semua amiin :)
Shalat merupakan rukun islam yang kedua, rukun yang mengandung esensi menanam rasa selalau ingat kepada sang pencipta allah SWT dan senantiasa beribadat kepadaNYA , sesudah menyatakan kesanggupan akan selalu taat kepada allah SWT dan UtusanNya yang tercermin dalam rukun islam pertama yaitu kalimat syahadat.
Shalat adalah rangka pembinaan iman yang menjadi dasar dan syarat utama di terimanya segala amal.Namun , tentu saja tidak cukup shalat.Sebab, tidak sedikit orang-orang yang mengerjakan shalat , tetapi sama sekalai tidak tahu apa yang di baca dan di kerjakan itu
Nabi SAW . Bersabda :
" Amal hamba yang pertama kali di periksa pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya ternyata sempurna, maka di terimalah shalat beserta seluruh amalnya. Tetapi, kalau di temukan kurang shalatnya , maka di kembalikanlah shalat itu kepadanya berikut semua amalnya. "
Tuntunan mengerjakan shalat yang cukup syarat-syarat, rukun -rukun, dan adab-adabnya. Sehingga dapat meningkatkan iman, mencerdaskan akal, memperbesar jiwa dan memperbagus budi-pekerti ,telah di beberkan dengan panjang lebar oleh imam ghozali dalam kitab " Asrarus Shalat " ,bagian dari kitab Ihya Ulumuddin yang terkenal itu.
Dan inilah terjemahan kitab tersebut. Semoga allah SWT .Berkenan memberikan Manfa'at ..
Semoga artikel saya ini bermanfaat bagi agan semua aminn ...
Aguz Febriansyah 2:51:00 AM New Google SEO Bandung, Indonesia
Shalat adalah rangka pembinaan iman yang menjadi dasar dan syarat utama di terimanya segala amal.Namun , tentu saja tidak cukup shalat.Sebab, tidak sedikit orang-orang yang mengerjakan shalat , tetapi sama sekalai tidak tahu apa yang di baca dan di kerjakan itu
Nabi SAW . Bersabda :
" Amal hamba yang pertama kali di periksa pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya ternyata sempurna, maka di terimalah shalat beserta seluruh amalnya. Tetapi, kalau di temukan kurang shalatnya , maka di kembalikanlah shalat itu kepadanya berikut semua amalnya. "
Tuntunan mengerjakan shalat yang cukup syarat-syarat, rukun -rukun, dan adab-adabnya. Sehingga dapat meningkatkan iman, mencerdaskan akal, memperbesar jiwa dan memperbagus budi-pekerti ,telah di beberkan dengan panjang lebar oleh imam ghozali dalam kitab " Asrarus Shalat " ,bagian dari kitab Ihya Ulumuddin yang terkenal itu.
Dan inilah terjemahan kitab tersebut. Semoga allah SWT .Berkenan memberikan Manfa'at ..
Semoga artikel saya ini bermanfaat bagi agan semua aminn ...
Aguz Febriansyah 2:51:00 AM New Google SEO Bandung, Indonesia